Rabu, 06 Agustus 2008

Kesimpulan dan Saran


Menuju Jeddah dan Tanah Air

Menuju Hudaibiyah (Miqot Yang Ketiga)





















Perjalanan dilanjutkan menuju peternakan Unta di Hudaibiyah kira-kira 1 km dari Masjid Hudaibiyah, kami semua turun dari bis dan masuk ke peternakan tersebut, meski panas terik karena sore hari namun terasa sejuk juga karena tempatnya agak tinggi dan angin bertiup kencang. Jika selama ini saya sering melihat unta di TV atau di koran dan sering menimbulkan keinginan untuk dekat atau melihatnya, Alhamdulillah sekarang saya sudah di tempatnya dan saya melihat Unta yang besar-besar dan sehat ditemani oleh seorang gembala. Karena kami ramai ditempat tersebut dan saya lihat dikejauhan ada juga peternak lain, maka saya pergi seorang diri kesana. Peternak unta ini rupanya faham dan beliau langsung mengambil susu unta dan saya tanya dalam bahasa Indonesia berapa harganya, beliau mengatakan 5 rial dengan ukuran botol +/- 150 ml dan saya bayar. Ternyata bahasa Indonesia sudah populer di Saudi Arabia sehingga komunkasi bisa berjalan dengan lancar. Rupanya rombongan yang lain melihat saya sedang membeli susu Unta sehingga banyak juga yang mengikuti saya membeli.














Menuju Ji'ronah Miqot Yang Kedua
































Terus saja saya mendaki bukit bebatuan ini menuju sebuah pilar yang ada di puncak dan di tempat inilah diyakini Ummat Islam bahwa Nabi Adam AS dan Siti Hawa bertemu kembali setelah diturunkan dari Syurga. Dan tempat ini jugalah turun ayat yang terakhir yaitu Surah Al-Maidah ayat 3 dan ditempat ini jugalah Rasulullah SAW berpidato untuk terakhir kalinya dalam Haji Wada' dimana sebagian dari pidato beliau adalah : "Tidak akan sesat ummatku selama-lamanya, selama mereka tetap berpengang teguh kepada dua perkara yaitu Al-Qur'an dan Hadist".









































Menuju Bir Ali (Dzul Hulaifah) Miqot Yang Pertama

Pagi-pagi setelah sarapan, Ustad pembimbing kami memberikan pengumuman bahwa nanti jam 15.00 sore kita akan check out dari hotel dan sekaligus mengenakan pakaian Ihrom. Untuk itu kepada kami dipersilahkan Ziarah Wada' (perpisahan) di Makam Rasulullah SAW di Masjid Nabawi sekali gus mengenakan pakaian Ihrom karena akan Miqot di Bir Ali (Dzul Hulaifah).
Siangnya sekitar jam 12.00 kami pun menuju Masjid Nabawi, sholat zhuhur dan kemudian menyempatkan diri sholat sunnah di Roudhah dan memutar ke kiri untuk keluar dari Bab Baqi' (Pintu Baqi') dan sebelum menuju pintu kita berholawat dan salam kepada Rasulullah SAW serta kedua sahabat beliau yaitu Abu Bakar As-Siddiq dan Umar Ibnu Khattab, tidak terasa kita akan menangis sejadi-jadinya sebab kita akan meninggalkan makam Rasulullah SAW yang sudah 3 (tiga) hari ini selalu kita ziarahi dan bahkan perasaan kadang-kadang kita berjumpa langsung dengan beliau dan merasakan seolah-olah sholat bersama beliau. Akhirnya dari mulut saya terucap do'a semoga Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada saya paling tidak sekali lagi ketempat ini dalam melaksanakan Ibadah Haji dikemudian hari, Insya Allah.
Kami pun berangkat menuju Masjidil Harom untuk melaksanakan Tawaf dan Sa'i melewati Pintu 1 (Babul Malik Abdul Aziz) sebagaimana tertera di gambar sebelah. Sesampainya di pintu Masjid, sandal dimasukkan ke dalam tas yang di sandang, kemudian melangkahkan kaki kanan sembari membaca do'a "Allohumma antas salam, waminkas salam, wa-ilaika ya u-dussalam, fahayyina robbana bissalam, wa-adhilnal jannata Darossalam, tabarok tarobbana wata-alaita, ya dzal jalali wal ikrom, Allohummaftahli abawaba rohmatik, wa adhilni fiha bismillah, walhamdulillah, was sholatu wassalamu ala rosulillah". Sesampainya di Masjid, rombongan kami banyak yang melakukan sholat jamak ta'khir, sedangkan saya bersandar di sebuah tiang menghadap ka'bah sambil membaca doa : . Teringatlah saya apa yang dikatan oleh Umar Bin Khattab, sekira-kira : "Wahai batu saya tahu engkau tidak memberikan manfaat dan mudharat kepada saya, kalaulah bukan Rasulullah SAW yang melakukan ini, maka sayapun tidak akan melakukannya". Dalam hati saya juga berdo'a kepada Allah SWT

Ziarah di Kota Nabi


Sesampai di Madinah, hari sudah subuh dan adzan subuh juga sudah berkumandang, sehingga tidak memungkinkan lagi bagi kami untuk sholat subuh di Masdjid, karena masih harus mengurusi bagasi, tas, kamar hotel dan sebagainya.

Begitu memasuki lapangan Jabal Rumat di Gunung Uhud, air mata saya

Manasik

Manasik Haji / Umroh bisa diartikan adalah belajar bagaimana dan apa yang akan kita kerjakan nanti sana. Mulai dari Miqot hingga ke Tawaf Wada', dari Indonesia ini hingga kita kembali lagi ke sini. Sehubungan dengan pelaksanaan ibadah Haji hanyalah sekali dalam setahun, maka kitapun harus betul-betul mempelajari akan tata cara semua ibadah yang akan dilaksanakan. Sebab jika Haji kita gagal (tidak sah), berarti kita harus menunggu waktu yang sangat lama untuk dapat pergi lagi kesana. Jika kita adalah orang yang mampu, berarti baru bisa berangkat dua tahun sesudahnya, dan jika kita hanya orang yang pas-pasan berarti harus menunggu waktu yang tidak jelas kapan akan bisa lagi berangkat ke Tanah Suci. Begitu juga halnya akan Umroh, dari segi biaya dan waktu sudah barang tentu bukan hal yang mudah kita dapatkan. Untuk itu sebelum pergi melaksanakan Ibadah haji dan Umrah adalah sesuatu yang mutlak jika kita harus melaksanakan manasik terlebih dahulu.

Perjalanan Menuju Baladil Amin


Pengertian Haji dan Umroh

Yang disebut dengan Haji adalah melaksanakan perintah Allah SWT yaitu Rukun Islam yang ke 5 kesuatu tempat yang disebut dengan Baitullah (Makkah dan sekitarnya). Dan hal ini diwajibkan kepada setiap kaum muslimin yang “Istatoa” (orang yang sanggup untuk melaksanakan perjalanan ke sana) baik kesanggupan masalah ongkos, kemanan, biaya, nafkah untuk orang yang ditinggalkan yang masih menjadi tanggungan kita, sehat lahir dan batin dan telah masuk waktunya (mulai dari tanggal 8 Dzulhijjah s/d 13 Dzulhijjah). Dengan demikian jelaslah bahwasanya tidak ada alasan untuk tidak pergi kesana selama persyaratan tersebut diatas telah ada pada kita. Dan Wajib hukumnya, artinya Naik Haji ke Baitullah adalah mesti dikerjakan seumpama mengerjakan sholat, puasa dan zakat. Maka berdosalah orang yang tidak mau melaksanakan Ibadah Haji jika sudah ada kesanggupan seumpama dia meninggalkan sholat (fasik) dan berpahala orang yang menunaikan Ibadah haji.

Umroh adalah melaksanakan Ibadah ke Baitullah tanpa dibatasi oleh waktu seumpama Haji, dengan kata lain Umroh bisa dilaksanakan kapan saja dan sebagian besar Ulama sependapat bahwa Umroh adalah Sunat Muakkad (Sunat Yang Sangat Di Anjurkan). Namun dalam hal ini penulis menyampaikan bahwa kita yang jauh dari Baitullah (Indonesia) sebaiknya melaksanakan Ibadah Haji terlebih dahulu da jika masih ada kesanggupan barulah berumrah. Atau jika anda adalah orang yang betul-betul mampu, sebaiknya Daftarkan dulu untuk Naik Haji dan sambil menunggu waktu keberangkatan (sekarang ini sekitar dua tahun kedepan dari waktu kita mendaftar), maka kita pergi untuk Umroh dengan harapan disamping untuk beribadah, maka kitapun sekalian untuk melihat tempat dan belajar sembari ziarah terlebih dahulu.

Rukun Umroh ada 5 yaitu :

1. Ihrom
2. Tawaf
3. Sa’i
4. Tahallul
5. Tertib (Berurutan)

1.a Pengertian Ihrom adalah “Meng Haramkan”, yaitu mengharamkan akan beberapa pekerjaan dan dalam arti yang luas, Ihrom adalah Berniat Untuk Melaksanakan Umroh setelah kita memakai pakaian Umroh, yaitu :
1. Dua helai kain untuk laki-laki (yang satu untuk dijadikan seperti sarung yang menutupi antara pusat dan lutut) dan yang satu lagi untuk menutupi bahagian atasnya. Adapun pakaian tersebut tidak boleh ada yang berjahit. Dan pakaian Ihrom ini umumnya sudah dapat kita beli toko-toko busana muslim di seluruh Indonesia dan sudah barang jadi.

Menuju Baladil Amin

"Sebenarnya keinginan saya untuk pergi ke Tanah Haram sudah sangat lama sekali, sekitar 15 (lima belas tahun yang lewat), waktu itu kalau tidak salah saya mendengar jurnal Haji di RRI, tiba-tiba saja ada perasaan untuk pergi kesana dan tanpa disadari menetes air mata saya dan sembari berdoa kepada Allah SWT moga-moga kelak saya disampaikan juga kesena" kawan saya memulai ceritanya.... ..... .....
Hari berganti hari dan masa pun berlalu dengan cepat, meski demikian perasaan untuk pergi ke Tanah Haram tidaklah pernah pupus, meski kadang kita sadar siapa kita sebenarnya yang cuma pegawai rendahan disebuah perusahaan swasta, yang mana penghasilan kita bisa dibilang pas-pasan atau bahkan kadang-kadang sering kekurangan terutama jika sudah tiba waktu anak sekolah naik kelas, lebaran ataupun ada anggota keluarga yang sakit.
Namun meski demikian, tidaklah ada rasa putus asa dalam hidupnya, berjuang dan berjuang terus dan tetap memasang niat dalam hati dan berharap hingga suatu saat nanti pintu makbul akan terbuka dan perjalanan ke Baitullah bukan sekedar hanya niat dan angan-angan tetapi akan menjadi kenyataan.
Perjalanan orang ke Baitullah (baik Ibadah haji ataupun Umroh) sudah sering kita dengar dan kita saksikan sendiri bahwa tidak semuanya orang kaya dan tidak semuanya orang yang berkesanggupan pergi kesana dalam hal materi. Tetapi banyak sekali yang kita lihat sebagai bagian dari kebesaran Allah semata, seumpama diberikan orang ongkosnya, dapat dari kantornya dan beribu jalan lain yang diberikan Allah SWT kepada hambanya untuk pergi ke Baitullah.